Google
 

01 March 2007

Makanan Atlet Dalam Perjalanan

MEMILIH MAKANAN YANG TEPAT UNTUK ATLET DALAM PERJALANAN (TRAVELLING)

oleh
Didit Damayanti, M.Sc
Akademi Gizi Jakarta


Pendahuluan

Perjalanan untuk mengikuti berbagai kompetisi atau pertandingan merupakan bagian dari kehidupan atlet. Gizi merupakan bagian yang sering dilupakan sehingga mengakibatkan penampilan atlet yang kurang maksimal, terserang penyakit bahkan mengundurkan diri dari kompetisi.

Atlet dapat mencegah berbagai problem yang dialami selama perjalanan, dengan mendidik
serta membuat perencanaan mengenai hal-hal yang diharapkan. Berikut adalah beberapa tips dalam mempertahankan kebiasaan makan selama perjalanan dan jauh dari rumah.

Tips untuk atlet dalam perjalanan

No

Hal yang perlu diperhatikan

Strategi

1

Ketersediaan makanan serta fasilitas memasak

Membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah; cek kebiasaan dan peraturan pabean untuk perjalanan ke luar negeri

2

Keterbatasan biaya/anggaran

Rencanakan/organisir pengaturan makanan sebelumnya

3

Hygiene dan keamanan

Strategi pengaturan makan dan minum yang aman, persiapan penanganan terjadinya gastroenteritis

4

Godaan untuk mencoba makanan

Makan sesuai kebiasaan rutin

5

“Jet Lag”

Oraginisir/rencanakan makanan di pesawat dan makan dalam jumlah sedang

Pekan Olahraga Lokal

Pada kompetisi lokal umumnya masalah yang ditemui lebih sedikit, karena atlet dapat membawa sendiri makanan dari daerah asalnya, atau dapat memperoleh makanan dengan mudah. Namun lebih baik jika atlet membawa makanan dalam rangka mencegah keterlambatan atau penyediaan makan yang kurang, yang dapat mengganggu kebiasaan makan sehari-hari. Makanan jadi dalam kemasan seperti roti, me biskuit, buah segar, manisan buah, jus dll dapat dibawa dalam perjalanan. Merencanakan makanan yang dapat diperoleh di restauran atau hotel sebelumnya dapat juga bermanfaat, terutama untuk atlet dalam jumlah besar.

Pengalaman ketidakcocokan makanan untuk atlet pada Pekan Olahraga Nasional (PON) seringkali terjadi. Penyelenggaraan makan pada saat PON secara umum menyediakan makanan yang dapat diterima oleh seluruh atlet dari berbagai daerah di Indonesia. Masalah ini mungkin harus dipecahkan oleh kedua belah pihak. Pihak penyelenggara mungkin dapat mencari alternatif-alternatif untuk dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan kebiasaan makan atlet di daerahnya, misalnya: penyelenggaraan makan dikelompokkan berdasarkan daerah yang pola makannya relatif sama. Atau penyelenggara mencari makanan –makanan yang disukai atlet lokal untuk disajikan. Pihak atlet juga harus mempersiapkan diri mengatasi masalah ini, misalnya dengan membawa sendiri makanan-makanan khas daerahnya yang disukai atlet. Atau atlet selama masa latihan di pusat latihan daerah, dibiasakan dengan makanan-makanan yang akan diperoleh di tempat pertandingan.

Pekan Olahraga di Mancanegara

Bahaya utama yang sering ditemui atlet dalam perjalanan ke luar negeri adalah kemungkinan terserang gastroenteritis atau diare (10-30 % atlet). Akibatnya, atlet dapat mengalami ketidaknyamanan, gangguan secara psikis dan fisik sehingga kemungkinan atlet tidak dapat bertanding. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah memilih makanan dari tempat yang higienenya terjamin, menghindari untuk makan makanan yang tidak dimasak serta makanan yang dipasteurisasi. Sumber air juga dapat merupakan sumber infeksi, oleh karena itu rebuslah air sebelum diminum, atau gunakan air minum dalam botol kemasan yang sudah steril. Es batu juga perlu dihindari jika sumber air minum tidak aman.

Jika atlet mengalami diare, maka harus diatasi dengan segera. Obat-obatan untuk mengatasi hal ini perlu dipersiapkan sebelumnya, misalnya vibramycin, bactrium, septra untuk mencegah diare, obat antimotily (imodium, lomotil) untuk mengobati gastroenteritis, bahkan antibiotik. Proses rehidrasi juga perlu dilakukan baik secara oral maupun infus dengan produk-produk untuk rehidrasi. Jika gejala sudah berkurang atlet dapat diberikan minuman seperti the, air kaldu atau jus encer. Namun minuman dari produk susu harus dihindari dulu sampai gejala hilang dalam beberapa hari. Jika minuman-minuman tersebut sudah dapat diterima, maka makanan padat yang ringan dapat diberikan seperti roti bakar, biskuit, nasi tim, pasta secara bertahap.

Pada banyak tempat makanan disajikan dalam bentuk kafetaria, dimana situasi ini merangsang atlet untuk makan dalam jumlah banyak atau makan makanan yang salah. Oleh karena itu atlet dianjurkan untuk makan sesuai dengan kebutuhannya tidak terpengaruh makanan yang dimakan atlet yang lain. Bawalah makanan yang secara khusus dibutuhkan , mungkin makanan tersebut lebih aman dari makanan di tempat pertandingan. Jika atlet akan bertanding di luar negeri yang pola makannya sangat berbeda, ada baiknya sebelum berangkat atlet diajak untuk mencoba aneka makanan dari negara tersebut, sehingga atlet mempunyai gambaran dan dapat mengantisipasi kira-kira makanan apa yang dapat dikonsumsi jika disajikan makanan dari negara tersebut serta atlet dapat berdiskusi dengan ahli gizi kira-kira makanan mana yang cocok untuk atlet serta berapa banyak yang harus dimakan.

Pesawat terbang secara umum juga dapat menyediakan makanan khusus, oleh karena itu hubungi pihak airlines sebelumnya untuk memastikan. “Jet lag” dapat dihindari dengan mengurangi garam, minum air putih dalam jumlah banyak, hindari minuman yang bersifat diuretik seperti the, kopi, cola serta alkohol. Akhirnya perencanaan yang baik dapat mencegah terjadinya perjalanan yang tidak menyenangkan.

Tips: Makanan yang dapat dibawa atlet selama travelling

  • Makanan cair seperti sustagen sport (bubuk) dan yang berbentuk cairan yang dapat digunakan jika tidak ada fasilitas memasak atau sumber air tidak aman.
  • Aneka mie instant yang mudah dipersiapkan
  • Aneka biskuit dengan jam atau madu, serta snack yang lain
  • Buah kering, jus buah, buah kaleng
  • Breakfast cereal dan susu skim jika atlet menyukai
  • Multivitamin dan mineral suplemen, jika atlet tidak yakin dengan kualitas konsumsi makanan.

Sumber Pustaka

  1. Burke, L.; Vicki Deakin, Clinical Sport Nutrition, Mc-Graw-Hill Co, Sydney, 1994
  2. Burke, L., The Complete Guide for Sport Performance, Allen & Unwin, Australia, 1995
  3. modulon, S. and Dr. Louse Burke, Cooking for Champions : A Guide to Healthy Large Quantity Cooking for Athletes and other active people, AIS, Canberra, 1997
  4. Depkes, Pedoman Pengaturan Makanan Atlet, Jakarta 1993
  5. Depkes, Gizi Atlet untuk Prestasi, Jakarta 1995
  6. Th. Sediyanti, SKM, Masalah-masalah dalam pelayanan makanan atlet dan pemecahannya, PON XIII, 1993, Jakarta
  7. Tim Penilai Jasaboga, Laporan Tim Penilai Jasaboga PON XIV tahun 1996, Jakarta 1996.

Seputar Bulutangkis
bulutangkisindonesia.blogspot.com

1 comment:

Anonymous said...

bisa minta profil biodatanya didit damayanti B.Sc, M.Sc gak?

“ATHLETES FIRST, WINNING SECOND”