Google
 

21 March 2007

Keseimbangan Kemampuan Teknik dan Fisik

Lebih Banyak Latihan Teknik
Oleh Prof. Drs. dr. H. Y.S. SANTOSA GIRIWIJOYO, Psi.

DALAM artikel sebelumnya, telah saya kemukakan tentang kerugian yang terjadi apabila kita menghentikan sama sekali latihan olah raga, yang telah rutin dilakukan sebelum Ramadan. Latihan harus tetap dilanjutkan, meski kita menjalani puasa Ramadan.

Harus kita pahami, bagaimana latihan selama bulan Ramadan. Kita perlu mengetahui komponen-komponen apa yang harus dilatih dalam pelatihan olah raga pada umumnya dan khususnya pada olah raga prestasi. Artikel ini, terutama ditujukan bagi pelatihan olah raga prestasi.

Olah raga selalu terdiri dari dua sisi. Satu sisi, kemampuan koordinasi, yang wujudnya keterampilan teknik kecabangan olah raga dengan ciri utamanya ketepatan (akurasi) gerakan dan/atau hasil gerakan. Contohnya, gerakan yang akurat pada senam atau gerakan shuttlecock menyusur di bibir net sebagai hasil gerakan yang akurat dari netting. Sisi lainnya, kemampuan dasar yang sering juga disebut sebagai kemampuan fisik. Kemampuan dasar ini terdiri dari kemampuan anaerobik dan aerobik.

Setiap cabang olah raga selalu mempunyai kedua komponen itu, hanya kadarnya berbeda-beda antara satu cabang olah raga dengan lainnya. Misalnya, lari maraton hampir sepenuhnya berada pada titik berat kemampuan dasar aerobik, angkat berat hampir sepenuhnya berada pada titik berat kemampuan dasar anaerobik. Sebaliknya, biliar hampir sepenuhnya berada pada titik berat keterampilan teknik. Sedangkan bulu tangkis, menuntut keterampilan teknik dan kemampuan dasar yang seimbang.

Pelatihan harus dapat menjangkau kedua kutub itu secara proporsional. Bila kemampuan dasar relatif lebih baik daripada keterampilan teknik, titik berat latihan haruslah pada latihan untuk meningkatkan keterampilan teknik. Demikian juga sebaliknya. Ada hukum fisiologi yang perlu diketahui, yaitu latihan keterampilan teknik tidak boleh sampai lelah. Sedangkan latihan fisik harus sampai lelah.

Hal ini disebabkan latihan teknik untuk menghasilkan gerakan halus, cermat, dan akurat. Sedangkan latihan fisik untuk menghasilkan kemampuan gerak dasar yang cepat, kuat (gerakan eksplosif maksimal), dan ketahanan (anaerobic endurance dan aerobic endurance). Dengan demikian, pelatihan dasar adalah pelatihan fisik yang berat. Apalagi bila programnya untuk meningkatkan kemampuan dasar.

Untuk pelatihan olah raga prestasi selama bulan Ramadan, sebaiknya dititikberatkan pada latihan keterampilan teknik. Sementara latihan fisik, hendaknya pada dosis pemeliharaan. Pelatihan fisik tetap harus dilaksanakan untuk mencegah terjadinya deconditioning (kemunduran kondisi fisik).

Pada cabang-cabang olah raga yang mengandung komponen fisik dan teknik yang kira-kira seimbang, misalnya bulu tangkis dan tenis dengan menitikberatkan pada latihan teknik saja maka komponen fisik akan dengan sendirinya terlibat. Misalnya, latihan smes pada bulu tangkis atau latihan servis pada tenis.

Satu hal yang perlu mendapat perhatian, komponen keterampilan tidak boleh dipergunakan untuk tujuan pelatihan fisik, sesuai dengan hukum fisiologi. Contoh, latihan smes pada bulu tangkis dan latihan servis pada tenis, sama sekali tidak boleh dipergunakan untuk tujuan meningkatkan kekuatan dan kecepatan otot-otot lengan.

Latihan tersebut harus tetap dilaksanakan dalam kerangka latihan teknik, yaitu dengan kriteria akurasi. Artinya, smes atau servis itu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan frekuensi yang cukup tinggi dan diarahkan kepada ketepatan "menembak" titik-titik sasaran tertentu.

Pelatihan harus segera diakhiri, apabila jatuhnya bola semakin jauh dari titik-titik sasaran. Jadi, latihan tersebut tidak boleh ditargetkan untuk mencapai jumlah pengulangan (repetisi) tertentu. Misalnya, harus mencapai 50 kali smes atau servis dengan mengabaikan kriteria akurasi. Bila itu terjadi, berarti pelatihan fisik yang menggunakan komponen gerakan keterampilan teknik, yang dalam lingkup fisiologi olah raga, hal demikian dilarang. Nengapa latihan teknik dilarang digunakan sebagai latihan fisik?

Ciri utama dari gerak keterampilan mutu yang tinggi, adalah akurasi dan efisiensi. Akurasi adalah wujud dari kemampuan mengoordinasikan fungsi komponen-komponen saraf-otot (neuromuscular) secara cermat. Tidak akan disebut bermutu tinggi, apabila netting dalam bulu tangkis tidak (tepat) bergulir tetapi mengapung terlalu tinggi di atas bibir net. Demikian juga salto pada senam tidak (tepat) mendarat dan seimbang pada kedua kaki atau manuver dalam loncat indah yang tidak (tepat) masuk ke air dengan arah kepala atau kaki, melainkan dengan punggung atau perut.

Hakikat dari keterampilan mutu tinggi adalah gerakan-gerakan akurat, cermat, dan sangat efisien yang terjadinya hampir bersifat otomatis sehingga seperti refleks. Hal itu terjadi karena syaratnya telah terpenuhi, yaitu latihan. Gerakan demikian disebut sebagai gerakan refleks bersyarat (conditioned reflex).

Dengan rutin latihan maka secara berangsur-angsur komponen-komponen neuromuscular yang tidak esensial untuk gerakan itu dapat dieliminasi sehingga pada akhirnya hanya komponen-komponen neuromuscular yang benar-benar diperlukan akan terlibat dalam gerakan itu.

Semua gerakan keterampilan teknik haruslah dikembangkan sampai menjadi refleks bersyarat, yang hanya dapat diperoleh bila dapat memenuhi syarat, yaitu latihan rutin. Artinya, gerakan itu harus diulang, diulang, dan diulang (drilling) sehingga dalam istilah belajar, menjadi hafal. Contohnya, latihan akan menghasilkan gerakan yang akurat, cermat, dan sangat efisien terlihat pada orang yang belajar berenang dan bersepeda.

Orang yang belum dapat berenang, bila diceburkan ke kolam akan melakukan sangat banyak gerakan tetapi tetap saja ia tenggelam. Dengan berlatih, berlatih, dan berlatih maka ia kemudian dapat tetap terapung.

Demikian pula pada orang yang belajar bersepeda. Pada awalnya, kemudi sepeda akan dipegangnya erat-erat tetapi tetap saja akan jatuh. Tetapi, dengan berlatih, berlatih, dan berlatih terus, akhirnya ia dapat mempertahankan keseimbangan bersepedanya tanpa perlu memegang kemudinya erat-erat.

Dari tiga tulisan yang telah saya beberkan, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kaum Muslim yang tetap melakukan olah raga. Terutama, bagi atlet olah raga prestasi dalam menjalani latihan di bulan Ramadan ini. Semoga Allah Swt melimpahkan lebih banyak kenikmatan dan pahala bagi kita semuanya. Amin!***

Penulis, ahli ilmu faal dan faal olah raga FPOK UPI Bandung


Seputar Bulutangkis
bulutangkisindonesia.blogspot.com


No comments:

“ATHLETES FIRST, WINNING SECOND”