Sumber Stres Bagi Atlit Pelajar
Oleh : Yuanita Nasution, S.Psi, M.App.Sc.
http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/SegJas/Edisi_14_th_VII_2000/Sumber_stres.htm
Untuk mengetahui penyebab atlit pelajar mengalamani stres, dilakukan identifikasi sumber stres terhadap 202 pelajar SLTP/SMUN Ragunan dengan pengisian kuesioner yang bersifat terbuka. Data hasil kuesioner berupa daftar pernyataan mengenai sumber stres yang berhubungam maupun yang tidak berhubungan dengan olahraga. Data dianalisa secara kualitatif menggunakan prosedur analisa ini induktif untuk mendapatkan katagori umum sumber stres pada atlit pelajar SLTP/SMU Ragunan. Selanjutnya dibahas bagaimana cara mencegah dam mengatasi stres tersebut.
Sebagai salah satu usaha pemerintah untuk membina calon atlit sedini mungkin dan guna meningkatkan prestasi olahraga nasional didirikanalah Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) di seluruh propinsi. Para atlit pelajar terbaik dari seluruh PPLP di tanah air tersebut, kemudian dididik dan dilatih di Sekolah Khusus Olahragawan Major SLTP/SMU Negeri Ragunan di Jakarta. Sesuai dengan tujuan pendirian sekolah ini, para siswanya dituntut untuk berprestasi tinggi dalam olahraga yang ditekuninya tanpa mengesampingkan prestasi akademiknya. Para atlit pelajar SLTP/SMUN Ragunan yanq terdiri dari berbagai cabang olahraga ini tinggal di asrama dan menjalani latihan pagi dan sore di dalam kompleks sekolah tersebut. Sekolah ini berskala nasional, oleh karena itu sebagian besar siswanya berasal dari berbagai penjuru daerah yang jauh dari ibukota. Dengan demikian para atlit pelajar tersebut juga harus siap menghadapi transisi budaya karena perbedaan adat istiadat, lagat bahasa dan kebiasaan, termasuk juga kebiasaan makan. Selain itu, para siswa juga harus melakukan penyesuaian diri terhadap suasana latihan termasuk pergantian pelatih dan program latihan. Peru bahan-perubahan suasana atau siatuasi yang memerlukan penyesuaian diri ini sangat berpotensi untuk menyebabkan para atlit pelajar tersebut mengalami stres.
Stres merupakan gejala keseimbangan diri untuk dapat beradaptasi terhadap adanya perubahan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Jika seseorang berada dalam keadaan stres, maka seluruh pola hidup dan kesehatannya juga akan terganggu sehingga produktivitas kerjanya menurun (Smith, 1993). Berbagai penelitian dalam bidang psikologi olahraga (al. Hoedaya, 1997; Madden et. al., 1995) juga membuktikan bahwa stres dapat menurunkan prestasi atau setidaknya mengganggu kelancaran pelaksanaan latihan. Dengan demikian stres perlu dihindari dan atlit perlu diajarkan cara-cara untuk menangani stres ("coping with stress").
Untuk dapat mengajarkan cara-cara mengatasi stres bagi atlit pelajar, perlu terlebih dahulu diketahui situasi-situasi bagaimana yang dapat menimbulkan stres. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi mengenai hal-hal atau situasi apa saja yang menjadi surnber stres bagi masing-masing atlit pelajar tersebut.
Berdasarkan berbagai kajian teoretis, stres dalam olahraga dapat bersumber dari hal yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan olahraga. Smith (1986), menemukan bahwa stres yang dialami atlit dalam penelitiannya timbul pada saat latihan, sebelum pertandingan, saat pertandingan, dan setelah pertandingan. Penelitian lainnya (Gould et al., 1993: Nasution, 1998; Nasution et al., 1997) juga mengidentifikasi sumber stres yang tidak berhubungan dengan olahraga. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diidentifikasi situasi apa sajakah yang dapat menyebabkan stres bagi atlit pelajar SLTP/SMUN Ragunan baik yang berkaitan atau yang tidak berkaitan langsung dengan olahraga.
Metode
1. Instrumen Penelitian
Penelitian identifikasi sumber stres ini merupakan studi kualitatif. Untuk mendapatkan masukan sebanyak mungkin dengan waktu yang terbatas, maka diharapkan metode survey yang menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Inti pertanyaannya adalah mengenai pengalaman siswa mengenai situasi atau hal yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan olahraga, yang dapat menimbulkan stres bagi mereka. Pertanyaan yang berhubungan dengan olahraga meliputi peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres dalam latihan, sebelum pertandingan dan saat pertandingan. Sedangkan pertanyaan yang tidak berhubungan dengan olahraga meliputi peristiwa di luar latihan dan pertandingan serta peristiwa lain yang tidak berhubungan dengan olahaga yang dapat menyebabkan para atlit pelajar mengalami stres. Dari hal-hal yang telah dikemukakan, kemudian mereka diminta untuk menentukan sumber stres mana yang dianggap paling berat.
2. Partisipan
Pengumpulan data dilakukan terhadap 202 atlit pelajar SLTP/SMUN Ragunan yang bersedia berpartisipasi, setelah terlebih dahulu dilakukan penjelasan umum kepada mereka dan diminta persetujuannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan pada akhir tahun 1999. Usia partisipan berkisar antara 12-19 tahun dengan usia rerata 15 tahun 8 bulan. Mereka berasal dari 15 cabang olahraga, yaitu: angkat besi, atletik, bulutangkis, bola basket, bolavoli, loncat indah, gulat, panahan, renang, senam, sepak bola, taekwondo, tennis lapangan, tenis meja dan tinju.
Analisa Data
Dari hasil pengisian kuesioner di dapatkan data yang berupa sederetan daftar pernyataan mengenai situasi, peristiwa atau hal yang oleh para atlit dianggap dapat menimbulkan stres. Data tersebut kemudian dianalisa secara kualitatif dengan teknik analisa isi induktif (inductive content analysis, Patton, 1990). Dalam analisa tersebut kelompok pernyataan yang memiliki makna serupa dikatagorikan secara hirarki menjadi Tema Tingkat I, Tema Tingkat II sampai akhirnya terbentuklah Dimensi Umum sumber stres.
Hasil
Analisa isi induktif terhadap 554 pernyataan sumber-sumber stres terberat yang dikemukakan oleh para atlit pelajar menghasilkan enam dimensi umum sumber stres. Terbentuknya dimensi umum sumber stres tersebut terlihat dalam tabel berikut ini.
Pernyataan | Tema Tk.I | Tema Tk.II | Dimensi Umum |
Latihan yang monoton (12) | Program latihan berat, monoton dan tak menyenangkan | Menjalankan peran sebagai atlit | MENJALANKAN PERAN SEBAGAI ATLIT PELAJAR |
Target yang dibebankan kepada saya (5) | Beban pencapaian target | ||
Terlalu banyak peraturan di sekolah (2) | Masalah yang berhubungan dengan pelajaran dan kegiatan sekolah | Menjalankan peran sebagai pelajar | |
Terlalu banyak aturan di asrama (7) | Suasana asrama | Menjenuhkan dan masalah kehidupan di asrama | KEHIDUPAN DI ASRAMA ATLIT PELAJAR |
Jenuh kurang hiburan di asrama (31) | menjenuhkan | ||
Suasana di asrama ramai | Suasana asrama yang mengganggu ketenangan | ||
Kamar dna kamar mandi tak bersih | Sarana/fasilitas di asrama kurang memadai | Kurangnya sarana dan fasilitas sebagai atlit pelajar | |
Tak punya uang (16) | Masalah finansial | ||
Kangen dengan keluarga (3) | Masalah jauh dari keluarga | Masalah jauh dari keluarga | |
Saat akan menghadapi pertandingan (20) | Ketegangan sesaat sebelum pertandingan di mulai | Suasana tegang menjelang dan saat bertanding | MENJELANG DAN SAAT BERTANDING |
Situasi menegangkan saat pertandingan (6) | Situasi menegangkan saat pertandingan | Prestasi tidak maksimal | PRESTASI DAN TIDAK MAKSIMAL |
Membuat kesalahan dalam pertandingan (4) | Penampilan dalam tanding tak baik | ||
Kalah dalam bertanding (11) | Gagal mencapai target | ||
Latihan jelak (7) | Prestasi latihan menurun | ||
Kondisi badan sedang tidak sehat/tidak fit (14) | Sedang tidak fit | ||
Perasaan dan pikiran negatif (10) | Adanya pikiran negatif dan kurang percaya diri | Pikiran negatif dan kurang percaya diri | MASALAH PSIKOLOGIS |
Masalah pribadi (14) | Masalah pribadi dan keluarga | Masalah pribadi dan keluarga | MASALAH PRIBADI DAN KOMUNIKASI INTER PERSONAL |
Tak bisa berkomunikasi dengan pelatih (4) | Hubungan dengan pelatih dan guru tidak harmonis | Masalah komunikasi inter personal | |
Masalah dalam pergaulan (4) | Masalah komunikasi inter personal |
Pembahasan
Dari keenam, dimensi sumber stres yang diperoleh dalam penelitian ini, terlihat bahwa stres pada atlit pelajar SLTP/SMUN Ragunan bersumber baik dari hal yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan langsung dengan olahraga. Temuan ini sejalan dengan penelitian-penelitian serupa yang dilakukan terhadap atlit yang lebih senior (a.l., Gould, Jackson & Finch, 1993; Nasution, 1998).
Dimensi "menjalankan peran sebagai atlit pelajar" dan "prestasi olahraga tidak maksimal", ternyata merupakan dua sumber stres yang paling banyak disebutkan oleh Para siswa. Hal ini tidak mengherankan mengingat mereka dituntut untuk melakukan kewajiban sebagai atlit sama baiknya dengan kewajiban sebagai siswa biasa.
Namun, bagi atlit pelajar ternyata masalah-masalah di luar olahraga, terutama masalah kehidupan di asrama dan komunikasi interpersonal dianggap lebih berat dibandingkan dengan stres yang berhubungan dengan pertandingan. Hal ini menunjukkan bahwa atlit pelajar masih belum mampu untuk menangani hal-hal diluar olahraga dibandingkan dengan atlit yang lebih senior. Terbukti pula dari banyaknya pernyataan yang menunjukkan bahwa masalah psikologis merupakan suatu sumber stres bagi atlit pelajar. Jika melihat kelompok usia mereka yang masih tergolong remaja, kecenderungan ini wajar, dimana kematangan emosi pada usia remaja memang masih labil dan ketergantungannya pada orang lain masih cukup tinggi.
Suatu hal yang tampak jelas dari identifikasi sumber stres ini adalah bahwa sumber stres yang keadaannya lebih menetap, seperti menjalankan peran sebagai atlit pelajar dan kehidupan di asrama, tampaknya lebih mengganggu di bandingkan dengan sumber stres yang kemungkinan timbulnya tidak terlalu sering, dalam hal ini suasana menjelang dan saat pertandingan.
Kesimpulan dan Saran
Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa olahragawan pelajar SLTP/SMUN Ragunan menghadapi berbagai sumber stres. Sumber stres tersebut terutama berasal dari kehidupan sehari-hari mereka sebagai atlit pelajar yang sekolah, berlatih dan tinggal di asrama yang berada dalam satu kompleks. Agar para atlit dapat berprestasi maksimal, maka hal-hal yang dapat menyebabkan stres tersebut perlu di tiadakan atau diperbaiki. Bersamaan dengan itu para atlit pun perlu dibekali dengan keterampilan-keterampilan psikologis agar mereka dapat menangani atau menghindari stres yang mungkin dialaminya.
Kepustakaan
1. Gould, D., Jackson, S.A. & Finch, L.M., Sources of stress in national champion figure skaters, Journal of Sport & Exercise Psychology, 15,134-159., 1983.
2. Hoedaya, 0., Cross-cultural and gender comparisons on sources of acute stress, use and effectiveness of coping strategies and effectiveness of stress management training among team sport competitive athletes. Unpublished doctoral dissertation, University of Wollongong, New South Wales, Australia. 1997.
3. Madden, C., Kirkby, R., McDonald, t)., Summers, J., Brown, t). & King, N.J., Stressful situations in competitive basketball, Australian Psychologist, 30,119-124, 1995.
4. Nasution, Y., Coping Strategies used by Indonesian badminton players. Unpublished masters thesis, Victoria University of Technology, Australia, 1998.
5. Nasution, Y., Marris, T. & Fortunato, V., Coping Strategies used by Indonesian badminton players, Australian Journal of Psychology, 49,114 (suppl.), 1997.
6. Patton, M.Q., Qualitative evaluation and research methods (2nd ed.)., Newbury Park, CA:Sage, 1997.
7. Smith, J.C., Understanding Stress and Coping, New York:Macmillan, 1993.
8. Smith, R.E.., Toward a cognitive-affective model of athletic burnout, Journal of Sport Psychology, 8, 36-50.,1986.
Seputar Bulutangkis
bulutangkisindonesia.blogspot.com
No comments:
Post a Comment