Olah Raga: Haruskah Dihentikan Selama Ramadan?
Oleh H.Y.S. Santoso Giriwijoya, Drs. Psi.
DALAM bulan Ramadan, tugas sehari-hari harus tetap kita lakukan seperti biasa. Tidak ada yang menyebutkan kita berhak mendapat keringanan atau menunda pelaksanaan tugas sampai setelah bulan Ramadan berakhir. Kita menjalani puasa atas kemauan sendiri demi ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya untuk mendapatkan rahmat-Nya untuk mendapatkan rahmat-Nya. Surat Al Imran ayat 132: ”Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu diberi rahmat”. Jadi tidak boleh ada ungkapan misalnya: ”Dalam bulan Ramadan mana mungkin melakukan olah raga? Tugas pekerjaan harus dikurangi dan sebagainya, dan sebagainya! Ungkapan itu menunjukkan bahwa ia ingin mendapatkan keringanan dalam tugas harian sebagai syarat melaksanakan puasa wajib.
Orang bertakwa taat menjalankan perintah Allah tanpa mengajukan syarat apa pun termasuk dalam tugas sehari-hari yang tetap harus kita jalankan adalah memelihara kesehatan melalui olah raga. Demi tetap terpeliharanya kesehatan kita dan memelihara prestasi cabang olah raga yang telah kita miliki.
Bila selama seluruh bulan Ramadan olah raga dihentikan, berakibat menurunnya kemampuan fungsional kita. Ketiadaan gerak selama satu minggu menurunkan kekuatan otot sekira 10-15% dan dalam tiga minggu kapasitas kerja menurun 20%-25%. Mendapatkan kembali apa yang telah hilang memerlukan usaha yang lebih berat dan pada menjaga dan memeliharanya. ”Pemeliharaan kesehatan maupun prestasi olah raga memerlukan pemeliharaan yang bersinambungan”.
Masalah yang terpenting adalah bagaimana mengatur kehidupan selama bulan Ramadan agar tugas sehari-hari tetap dapat dijalankan dan ibadah keagamaan dapat lebih ditingkatkan.
Makan sangat perlu oleh karena makanan adalah sumber daya (energi) untuk kehidupan termasuk untuk bekerja dan berolah raga. Makan minum harus dihentikan antara saat imsak sampai setelah azan magrib. Akan tetapi, untuk dapat melakukan olahraga, penyediaan sumber daya tidak menjadi masalah karena ada makan sahur. Jadi, makan sahur memang sangat perlu ‘kebutuhan kalori + 25-30 Kcal/Kg BB/hari, umumnya dapat dipenuhi dengan baik. Kerawanan yang sering terjadi ialah karena kurangnya pemahaman akan susunan makanan yang seimbang.
Kebutuhan protein 1-2 gram/kg BB/hari, tergantung berat aktivitas fisik sehari-hari. Kandungan protein makanan sehari-hari cukup 15-20%. Protein bukan sumber daya (energi) utama. Sumber daya utama (55-65%) adalah karbohidrat (beras, jagung, ubi, tepung terigu). jadi tidak perlu makan protein berlebihan! sebutir telur ayam beratnya kl. 0,60 gram. Satu atau dua butir telur setengah matang atau matang (lebih mudah dicerna) di samping sumber protein lainnya pada saat makan sahur, sangat mencukupi kebutuhan. Dengan menyertakan sebutir telur sewaktu makan sahur insya Allah segala keluhan yang berhubungan dengan laparnya orang berpuasa tidak akan mengganggu. Akan tetapi, yang lebih penting lagi ialah menjaga jumlah air tubuh dengan cukup banyak minum. Khususnya setelah makan minum saat sahur, tambahkan secara sadar dua gelas air minum. Air merupakan prioritas kehidupan kedua setelah O2, jadi jumlah air tubuh harus selalu cukup. Ginjal memerlukan air untuk dapat berfungsi normal (membuang racun sampah tubuh).
Dari sudur ilmu faal, puasa adalah menggeser waktu makan dari kebiasaan makan pada siang hari menjadi malam hari. Pergeseran waktu makan berakibat pergeseran waktu sekresi liur pencernaan dan hormon olah daya (metabolisme). Pergeseran waktu sekresi tidak mungkin berlangsung seketika bersama dengan dimulainya puasa, tetapi memerlukan waktu, yaitu masa penyesuaian yang berlangsung kl. 3 hari. Oleh karena itu, kecuali 3 hari pertama puasa, dosis olah raga dan tugas pekerjaan tidak perlu dikurangi, jadi lakukanlah olah raga dan tugas pekerjaan tetap seperti biasa!***
(Penulis adalah guru besar ahli ilmu faal dan ilmu faal olah raga)
No comments:
Post a Comment